Selasa, 13 Agustus 2013

Terang atau gelap ?

Langit masih gelap ketika ia mulai membasuh mukanya dengan air wudhu untuk menunggu shubuh, kemudian ia membangunkan seorang lansia di kamar sebelah, yang tidak lain adalah neneknya sendiri.
Cuma ada mereka berdua di rumah tersebut, entah kemana yang lainnya, baginya terang atau gelapnya pagi tidak ada bedanya karena cacat yang dideritanya membuat ia tidak bisa melihat sejak lahir. Namun kehidupan dan rutinitas mereka tidak berbeda dengan masyarakat sekitar pada umumnya.
Hingga pada suatu sore saya melihat banyak kerumunan orang di rumahnya, Kebetulan ada si Sodik teman saya dari desa sebelah disitu.
 "eh Dik Ada apaan rame2?,"
"Nek Romlah meninggal," jawabnya.
"Innalilahi, trus lu ngapain disini?,"
 "almarhumah masih sodara jauh engkong gua cuy,"
"oh.." kata saya, lalu kami bergegas mengikuti pemakaman jenazah hingga selesai.
Sejak saat itu  saya tidak pernah lagi melihat cucunya yang tuna netra tersebut, beliau sudah pindah, begitu kata para tetangganya.
Beberapa tahun berlalu, hingga di suatu hari di akhir2 bulan Ramadhan saya bertemu si Sodik di mesjid dekat rumah.
"Payah.. gua mau bayar zakat tapi amil zakat udah pada nutup," katanya.
"Ya udah lu cari aja kaum Dhuafa besok .." ujar saya. Teringatlah ia kepada saudara jauh-nya yang tuna netra tersebut, esok harinya sehabis berbuka puasa ia bergegas mendatangi rumah saudara jauhnya dengan berbekal alamat dari warga sekitar. Sodik pun tiba sehabis isya, ternyata yang punya rumah sedang tarawih. "Gelap bener nih rumah, kaga ada lampunya kali ya?, " ujarnya. Dia lupa klo seorang tuna netra tidak butuh lampu.
Bertemulah mereka, penuh perasaan iba Sodik memberikan zakatnya tanpa cahaya lampu.
" Tolong diterima zakat dari saya, untuk diri saya, istri dan anak saya".
Tak kuasa menahan perasaan malunya  betapa selama ini dia lupa dengan orang2 di sekitarnya, dan betapa sangat sedikit ia bersyukur kepada-Nya.
- Sodik- (Orang yang benar dalam bahasa arab).


2 komentar: